dokumenter muda
Sebentar lagi jika anda mengetik “Myrdalism” di kotak pencarian situs MySpace, maka yang akan muncul bukan daftar karya ekonom-politikus Swedia terkemuka Gunnar Myrdal, melainkan lima film pendek dan satu video klip (“Carousel” dari band Sound at Regional States) garapan Muhammad Myrdal, 19 tahun, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung. “Sebagian besar karya saya masih terpajang di YouTube, ujarnya. YouTube adalah “situs gaul” seperti MySpace, hanya lebih fokus pada penayangan film-film pendek sineas independen mancanegara.Keinginan Myrdal memanfaatkan MySpace sebagai etalase virtual bagi karyanya bukan tak beralasan. Kendati pernah mengikuti Festival Film Pendek Islam 2006 di Bandung dan meraih penghargaan sebagai sutradara termuda, Myrdal masih kecewa karena tak bisa mengikuti kompetisi film dokumenter award yang diselenggarakan Metro TV. “Waktu itu karena status saya masih pelajar SMA, saya tidak boleh ikut,” katanya. Di dunia maya, tak ada batasan umur yang bisa mengerangkeng kreativitasnya.Maka sambil mempelajari gaya penyutradaraan sutradara favoritnya Mel Gibson pada The Passion of the Christ (“sudut pengambilan kamera dan lighting-nya gila banget,” kata Myrdal) ia terus menyempurnakan kecakapannya dalam membesut film pendek dan dokumenter. “komunitas pembuat film di Myspace memungkinkan terjadinya diskusi intensif antar sutradara dari berbagai negara,” katanya.Tapi omong-omong soal namanya yang tak lazim dikuping Indonesia itu?” Ayah saya memang ekonom dan mengaku terinspirasi dengan kehebatan Gunnar Myrdal,” kata Myrdal Van Bandoeng ini. “Mungkin suatu saat akan saya coba buat versi film dokumenternya sendiri.” Katanya tertawa.Sumber: Majalah Tempo Edisi 25 September – 1 Oktober 2006)